Makalah proyek pratikum elektronika dasar, Alarm Cahaya
MAKALAH
PROYEK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR (ELDAS)
ALARM CAHAYA
Disusun Oleh :
1DCO3
Rabu /
Shift 2
Doni Alip
/ 42116164
Andika Kusuma Wardana / 40116784
LABORATORIUM
DASAR ELEKTRONIKA DAN KOMPUTER
TEKNIK
KOMPUTER (D3)
UNIVERSITAS
GUNDARMA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT, karena kami dapat
menyelesaikan proyek elektronika dasar (E1) yaitu “ALARM CHAYA” beserta
makalahnya dengan tepat waktu. Dengan adanya makalah ini kami mengharapkan agar
dapat lebih memahami tentang prinsip kerja ALARM CAHAYA dan juga teori-teori
dasar tentang elektronika.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya dapat dijadikan
sebagai suatu bahan untuk pembahasaan yang lebih luas lagi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan , makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala penulisan
dapat teratasi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para PJ LAB
elektronika dasar (E1) karna dari merekalah kami mendapatkan masukan materi.
Kami berterima kasih juga kepada Keluarga HMTK, khususnya untuk Tebe, david, mushoffa dll yang tidak kami sebutkan satu persatu.
Yang telah mem bantu kami dalam menyelesaikan proyek ini.
Ahkir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah
membantu penulisan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk orang lain. Amin
BEKASI,
29 MEI 2017
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………iii
LEMBAR
PENGESAHAN………………………………………………………………..ii
DAFATAR
ISI……………………………………………………………………………...iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang
Masalah……………………………………………………..1
1.2 Batasan Masalah……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………….1
1.4 Metode Penulisan……………………………………………………………1
1.5 Sistematika
Penulisan………………………………………………………..2
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………………………4
2.1 RESISTOR………………………………………...………………………....4
2.2 DIODA…………………………………………….…………………………5
2.3 RELAY………………………………………………………………………6
2.4 KAPASITOR………………………………………………………………...7
2.5 TRANSISTOR……………………………………………………………….8
2.6
Light Dependent Resistor (LDR)…………………...……………………….9
2.7 BUZZER……………………………………………………………………..9
BAB III
ANALISA
RANGKAIAN……………………………….………………………10
3.1
Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram..............................................12
3.2
Analisa rangkaian secara Detail…..…………………………………...10
BAB
IV
CARA
PENGOPERASIAN ALAT…………………….………………………...14
4.1 Cara Pengoperasian Alat…………..………………………………….14
BAB
V PENUTUP……………………………………………….……………………….16
5.1Kesimpulan…………………………………………………………….16
5.2Saran…………………………………………………………………...16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….17
LAMPIRAN…………………………………………………………………........18
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Perangkat
elektronika merupakan suatu perangkat keras yang kompleks dimana suatu
perangkat dapat terdiri dari puluhan, bahkan ratusan komponen elektronika.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan desakan oleh kebutuhan pasar dalam
produksi perangkat elektronika, maka dikembangkan suatu perangkat elektronika
yang mengintegrasikan semua atau sebagian komponen elektronika dalam satu
perangkat, dimana perangkat ini akan menjadi sebuah perangkat yang fleksibel dan
efisien.
1.2 Batasan
Masalah
Karena luasnya ruang lingkup dalam bidang elektronika, maka penulis membatasi bahasan makalah ini pada hal-hal yang menyangkut pembuatan dari alat Alarm Cahaya saja yang bertujuan untuk mempermudah dalam pemahaman dan pengertian tentang masalah-masalah pada Alarm Cahaya. Serta memberikan bahasan khusus berupa bagaimana alat Alarm Cahaya dapat menghasilkan sebuah output berupa bunyi pada buzzer ketika sensor pada LDR tidak menerima cahaya.
Karena luasnya ruang lingkup dalam bidang elektronika, maka penulis membatasi bahasan makalah ini pada hal-hal yang menyangkut pembuatan dari alat Alarm Cahaya saja yang bertujuan untuk mempermudah dalam pemahaman dan pengertian tentang masalah-masalah pada Alarm Cahaya. Serta memberikan bahasan khusus berupa bagaimana alat Alarm Cahaya dapat menghasilkan sebuah output berupa bunyi pada buzzer ketika sensor pada LDR tidak menerima cahaya.
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu untuk memberikan pelatihan pada mahasiswa penulisan makalah dan kerjasama dalam mengerjakan proyek yang terima dan berguna dalam masyarakat.
Tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu untuk memberikan pelatihan pada mahasiswa penulisan makalah dan kerjasama dalam mengerjakan proyek yang terima dan berguna dalam masyarakat.
1.4 Metode
Penulisan
Dalam menyusun tulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
Dalam menyusun tulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.4.1. Metode
observasi, yaitu penulis melakukan percobaan dengan melakukan percobaan dari
tiap-tiap blok yang terdapat dalam rangkaian Alarm Cahaya. Penulis juga
melakukan pengamatan langsung mengenai cara kerja alat pengusir nyamuk setelah
di rangkai menjadi alat peraga. Pengamatan ini dilakukan selama menjalani
praktikum.
1.4.2. Metode
Wawancara, yaitu dimana pada metode ini penulis dapat mewawancara narasumber
yang mengerti tentang alarm cahaya.
1.4.3. Metode Studi Pustaka,
yaitu penulis mengambil sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam metode
penelitian dari beberapa buku dan website serta sumber-sumber terkait yang
dapat menunjang dalam menganalisa dan mempelajari rangkaian atau alat yang akan
dibuat.
1.5 Sistematika
Penulisan
Sistematika Penulisan dilakukan dengan memberikan penjelasan secara ringkas atau pokok-pokok bahasan yang dimaksud dari tiap bab yang disusun yaitu:
Sistematika Penulisan dilakukan dengan memberikan penjelasan secara ringkas atau pokok-pokok bahasan yang dimaksud dari tiap bab yang disusun yaitu:
BAB I
Pendahuluan
Bab ini, penulis mengemukakan latar belakang pembuatan tulisan ilmiah, tujuan dari penelitian, rumusan dari tulisan ilmiah dan sistematika dari tulisan ilmiah ini.
Bab ini, penulis mengemukakan latar belakang pembuatan tulisan ilmiah, tujuan dari penelitian, rumusan dari tulisan ilmiah dan sistematika dari tulisan ilmiah ini.
BAB II Landasan
Teori
Bab ini berisikan dasar teori dari perangkat pendukung rangkaian Alarm Cahaya.
Bab ini berisikan dasar teori dari perangkat pendukung rangkaian Alarm Cahaya.
BAB III Analisis
Rangkaian
Bab ini menjelaskan analisa cara kerja rangkaian baik secara tahap-tahap maupun analisa kerja secara keseluruhan.
Bab ini menjelaskan analisa cara kerja rangkaian baik secara tahap-tahap maupun analisa kerja secara keseluruhan.
BAB IV Cara
Pengoprasian Alat
Bab ini berisi tentang cara dan panduan dalam pengoprasian alat dari proyek yang akan kami presentasikan dalam hal ini yaitu alat Alarm Cahaya.
Bab ini berisi tentang cara dan panduan dalam pengoprasian alat dari proyek yang akan kami presentasikan dalam hal ini yaitu alat Alarm Cahaya.
BAB V Penutup
Bab ini akan membahas dan uraian tentang simpulan maupun saran serta jalur pada printed circuit board ( PCB ), pemasangan dan penyolderan komonen hingga pengemasanya kedalam box / casing.
Bab ini akan membahas dan uraian tentang simpulan maupun saran serta jalur pada printed circuit board ( PCB ), pemasangan dan penyolderan komonen hingga pengemasanya kedalam box / casing.
Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka ini berisi tentang acuan kita atau sebagai referensi dari pembuatan makalah alarm cahaya.
Pada daftar pustaka ini berisi tentang acuan kita atau sebagai referensi dari pembuatan makalah alarm cahaya.
Lampiran
Pada lampiran berisi tentang skematik rangkaian alarm cahaya dan juga berisi tentang data pengamatan.
Pada lampiran berisi tentang skematik rangkaian alarm cahaya dan juga berisi tentang data pengamatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pertama-tama kita perlu mempelajari mengenai
dasar-dasar teori dan prinsip-prinsip kerja serta komponen-komponen yang di
gunakan dari rangkaian Alarm Cahaya ini. Baik jenis-jenis komponen dan juga
fungsi dari tiap-tiap komponen tersebut. Komponen Elektronika Dasar terbagi
menjadi 2 macam, yaitu komponen aktif dan komponen pasif. Dua macam komponen
ini lah yang selalu ada dalam setiap rangkaian elektronika. Komponen Aktif
adalah komponen elektronika yang memerlukan arus listrik atau tegangan agar
dapat bekerja dalam rangkaian elektronika. Sedangkan Komponen Pasif adalah komponen
elektronika yang bekerja tanpa memerlukan arus tegangan atau listrik.
2.1 Resistor
Jenis-Jenis Resistor dalam komponen elektronika dapat di kategorikan dalam 2 jenis, yaitu Resistor tetap (nilai resistansi tetap) dan Resistor variabel (nilai resistansi yang dapat diubah atau resistor variabel). Resistor adalah komponen yang mempunyai sifat penghambat listrik.
Resistor tetap (nilai resistansi tetap) adalah jenis-jenis resistor yang memiliki nilai resistansi yang tertulis pada badan resistor menggunakan kode warna dan kode angka. Resistor jenis ini sering digunakan sebagai penghambat arus listrik secara permanen dalam rangkaian elektronika. Fungsi resistor ini pada rangkaian elektronika adalah pada pembatas arus yang mengalir pada Bazzer .
Resistor Variabel adalah jenis-jenis resistor yang nilai resistansinya dapat dibuah secara langsung baik dengan tuas atau menggunakan obeng. Jenis-jenis resistor ini terbagi lagi menjadi 2, yaitu trimpot (trimer potensio) dan potensiometer.
Jenis-Jenis Resistor dalam komponen elektronika dapat di kategorikan dalam 2 jenis, yaitu Resistor tetap (nilai resistansi tetap) dan Resistor variabel (nilai resistansi yang dapat diubah atau resistor variabel). Resistor adalah komponen yang mempunyai sifat penghambat listrik.
Resistor tetap (nilai resistansi tetap) adalah jenis-jenis resistor yang memiliki nilai resistansi yang tertulis pada badan resistor menggunakan kode warna dan kode angka. Resistor jenis ini sering digunakan sebagai penghambat arus listrik secara permanen dalam rangkaian elektronika. Fungsi resistor ini pada rangkaian elektronika adalah pada pembatas arus yang mengalir pada Bazzer .
Resistor Variabel adalah jenis-jenis resistor yang nilai resistansinya dapat dibuah secara langsung baik dengan tuas atau menggunakan obeng. Jenis-jenis resistor ini terbagi lagi menjadi 2, yaitu trimpot (trimer potensio) dan potensiometer.
• Trimpot
Resistor jenis trimpot merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah dengan memutar porosnya menggunakan obeng. Nilai dari sebuah trimpot dapat di lihat pada badan trimpot merupakan nilai maksimum dari resistansi trimpot tersebut. Misal trimpot dengan nilai 10KOhm maka trimpot tersebut dapat diubah nilai resistansinya dari 0Ohm sampai 10Khm.
• Potensiometer
Resistor ini merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutaor porosnya melalui tuas yang telah tersedia. Nilai dari potensiometer dapat di lihat pada badan potensio menggunakan kode angka. Nilai resistansi potensiometer yang beredar dipasaran ada 2 macam, yaitu nilai resistansinya yang dapat diubah secara logaritmis dan nilai resistansi yang dapat diubah secara linier.
Simbol Resistor dapat di lambangkan dengan huruf R, yaitu salah satu komponen pasif yang sifatnya resistif, menghambat besarnya arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Selain sebagai penghambat arus listrik, Fungsi Resistor juga sebagai pembagi arus listrik, pembagi tegangan listrik, dan penurun tegangan listrik.
Macam-macam resistor memiliki perbedaan masing-masing, seperti resistor metal film, resistor kapur, dan juga variable resistor. Namun jenis-jenis resistor yang sering di pakai adalah resistor dengan gelang warna.
Resistor jenis trimpot merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah dengan memutar porosnya menggunakan obeng. Nilai dari sebuah trimpot dapat di lihat pada badan trimpot merupakan nilai maksimum dari resistansi trimpot tersebut. Misal trimpot dengan nilai 10KOhm maka trimpot tersebut dapat diubah nilai resistansinya dari 0Ohm sampai 10Khm.
• Potensiometer
Resistor ini merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutaor porosnya melalui tuas yang telah tersedia. Nilai dari potensiometer dapat di lihat pada badan potensio menggunakan kode angka. Nilai resistansi potensiometer yang beredar dipasaran ada 2 macam, yaitu nilai resistansinya yang dapat diubah secara logaritmis dan nilai resistansi yang dapat diubah secara linier.
Simbol Resistor dapat di lambangkan dengan huruf R, yaitu salah satu komponen pasif yang sifatnya resistif, menghambat besarnya arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Selain sebagai penghambat arus listrik, Fungsi Resistor juga sebagai pembagi arus listrik, pembagi tegangan listrik, dan penurun tegangan listrik.
Macam-macam resistor memiliki perbedaan masing-masing, seperti resistor metal film, resistor kapur, dan juga variable resistor. Namun jenis-jenis resistor yang sering di pakai adalah resistor dengan gelang warna.
2.2 Dioda
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus listrk dan tegangan pada satu arah saja. Bahan pokok untuk pembuatan doada adalah Gemanium (Ge) dan Silikon/Silsilum (Si). Dioda terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus listrk dan tegangan pada satu arah saja. Bahan pokok untuk pembuatan doada adalah Gemanium (Ge) dan Silikon/Silsilum (Si). Dioda terbagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Dioda Kontak Titik
Doida ini digunakan untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi frekuensi rendah.
Contoh tipe dari dioda ini misalnya ; OA 70, OA 90 dan IN 60.
Doida ini digunakan untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi frekuensi rendah.
Contoh tipe dari dioda ini misalnya ; OA 70, OA 90 dan IN 60.
b. Dioda Hubungan
Dioda ini dapat mengalirkan arus atau tegangan yang besar hanya dalam satu arah. Dioda ini biasa digunakan untuk menyearahkan arus dan tegangan. Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya dioda tipe 1N4001 ada 2 jenis yaitu yang berkapasitas 1A/50V dan 1A/100V.
Dioda ini dapat mengalirkan arus atau tegangan yang besar hanya dalam satu arah. Dioda ini biasa digunakan untuk menyearahkan arus dan tegangan. Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya dioda tipe 1N4001 ada 2 jenis yaitu yang berkapasitas 1A/50V dan 1A/100V.
c. Dioda Zenner
Dioda Zenner adalah dioda yang bekerja pada daerah Breakdown atau pada daerah kerja reverse bias. Dioda ini banyak digunakan untuk pembatas tegangan. Tipe dari dioda Zenner dibedakan oleh tegangan pembatasnya. Misalnya 12V, ini berarti dioda Zenner dapat membatasi tegangan yang lebih besar dari 12 atau menjadi 12V.
Dioda Zenner adalah dioda yang bekerja pada daerah Breakdown atau pada daerah kerja reverse bias. Dioda ini banyak digunakan untuk pembatas tegangan. Tipe dari dioda Zenner dibedakan oleh tegangan pembatasnya. Misalnya 12V, ini berarti dioda Zenner dapat membatasi tegangan yang lebih besar dari 12 atau menjadi 12V.
2.3 Relay
Relay merupakan komponen elektronika yang dapat mengimplementasi kan logika switching. Dalam arti sederhana Relay merupakan komponen elektronika berupa saklar elektronik yang di gerak oleh arus listrik.
Prinsip kerja relay yaitu relay terdiri dari coil dan contact. Coil adalah gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedangkan contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik pada coil.
Contact ada 2 jenis :
• Normally open (kondisi sebelum diaktifkan open)
• Normally closed (kondisi awal sebelum di aktifkan close)
Secara prinsip kerjanya relay : ketika coil mendapat energy listrik (energized), akan timbul gaya electromagnet yang akan menarik armature yang berpegas dan contact akan menutup.
• Normally open (kondisi sebelum diaktifkan open)
• Normally closed (kondisi awal sebelum di aktifkan close)
Secara prinsip kerjanya relay : ketika coil mendapat energy listrik (energized), akan timbul gaya electromagnet yang akan menarik armature yang berpegas dan contact akan menutup.
2.4 Kapasitor
Pengertian Kapasitor merupakan komponen
elektronika kali ini yang akan kita bahas adalah kapasitor.Selain kapasitor
nama lainnya adalah condensator.Komponen ini seperti halnya resistor juga
termasuk dalam kelompok komponen pasif,yaitu jenis komponen yang bekerja tanpa
memerlukan arus panjar.
Fungsi kapasitor adalah untuk menyimpan arus/tegangan listrik. Untuk arus DC kapasitor berfungsi sebagai isulator/penahan arus listrik, sedangkan untuk arus AC berfungsi sebagai konduktor/melewatkan arus listrik.
Dalam penerapannya kapasitor digunakan sebagai filter/penyaring, perata tegangan DC pada pengubah AC to DC,pembangkit gelombang ac atau oscilator dsb.
Nilai kapasitor dapat kita lihat pada tulisan yang terdapat pada body-nya, misalnya 10 uF/16 V artinya nilai kapasitor itu adalah 10 mikro Farad dan bisa bekerja pada tegangan maximal 16 V,jika melebihi 16 V maka kapasitor ini akan mengalami ‘break down’.
Fungsi kapasitor adalah untuk menyimpan arus/tegangan listrik. Untuk arus DC kapasitor berfungsi sebagai isulator/penahan arus listrik, sedangkan untuk arus AC berfungsi sebagai konduktor/melewatkan arus listrik.
Dalam penerapannya kapasitor digunakan sebagai filter/penyaring, perata tegangan DC pada pengubah AC to DC,pembangkit gelombang ac atau oscilator dsb.
Nilai kapasitor dapat kita lihat pada tulisan yang terdapat pada body-nya, misalnya 10 uF/16 V artinya nilai kapasitor itu adalah 10 mikro Farad dan bisa bekerja pada tegangan maximal 16 V,jika melebihi 16 V maka kapasitor ini akan mengalami ‘break down’.
Farad adalah satuan nilai kapasitas dari kapasitor.
1 uF → 1 mikro Farad = 1 x 10 pangkat (-6) Farad = 0.000001 Farad
1 nF → 1 nano farad = 1 x 10 pangkat (-9) Farad
1 pF → 1 piko Farad = 1 x 10 pangkat (-12) Farad
1 nF → 1 nano farad = 1 x 10 pangkat (-9) Farad
1 pF → 1 piko Farad = 1 x 10 pangkat (-12) Farad
2.5 Transistor
Transistor adalah sebuah komponen semi konduktor aktif yang disusun dari
tiga elektroda dengan bahan dasar type N dan type P, penyusunan ketiga
elektroda tersebut merupakan dasar dari pada jenis transistor yaitu PNP dan
NPN.
Transistor terdiri dari 3 kaki, berikut keterangan dari fungsi
masing-masing kaki transistor adalah:
1. Emitor (E) adalah lapisan yang melepaskan muatan (hole positif atau elektron).
2. Colector (C) adalah lapisan yang menampung muatan (hole positif atau elektron).
3. Basis (B) adalah lapisan yang mengatur besarnya muatan yang akan mengalir.
1. Emitor (E) adalah lapisan yang melepaskan muatan (hole positif atau elektron).
2. Colector (C) adalah lapisan yang menampung muatan (hole positif atau elektron).
3. Basis (B) adalah lapisan yang mengatur besarnya muatan yang akan mengalir.
Transistor terdiri dari dua jenis yaitu transistor bipolar dan unipolar.
Transistor bipolar adalah transistor yang ada pada daerah N mempunyai banyak sekali electron pita dan pada daerah P mempunyai banyak sekali hole. Jenis dari transistor bipolar adalah transistor PNP dan NPN, sedangkan pada transistor unipolar misalnya FET, MOSFET, JPET dan lain-lain. Fungso dari transistor adalah sebagai penguat arus, saklar elektronika, osilator, pencampur (mixer) dan penyearah.
Transistor bipolar adalah transistor yang ada pada daerah N mempunyai banyak sekali electron pita dan pada daerah P mempunyai banyak sekali hole. Jenis dari transistor bipolar adalah transistor PNP dan NPN, sedangkan pada transistor unipolar misalnya FET, MOSFET, JPET dan lain-lain. Fungso dari transistor adalah sebagai penguat arus, saklar elektronika, osilator, pencampur (mixer) dan penyearah.
2.6 LDR
Rangkaian LDR atau Light Dependent Resistor adalah salah satu komponen
elektronika yang masih bisa di bilang sebagai resistor yang besar resistasi
nilai tahanannya bergantung pada intensitas cahaya yang menutupi permukaan.
Rangkaian LDRbiasanya di kenal dengan nama foto resistor, foto konduktor, sel
foto konduktif atau komponen lain yang sering di gunakan dalam literatur suatu
rangkaian.
Itu sebabnya makin kuat intensitas cahaya maka makin kecil nilai
tahanannya dan makin lemah intensitas cahaya maka makin besar nilai tahanannya.
Komponen LDR di buat dari Cadmium Sulphide (CdS). Pada umumnya, Rangkaian LDR
di gunakan sebagai sensor cahaya. Cara kerja LDR akan padam pada saat LDR
mendapat cahaya cukup terang, apabila LDR tidak mendapat cahaya makan komponen
ini akan menyala.
Simbol dari rangkaian ldr adalah penggabungan resistor
dan menunjukan bahwa resistor tersebut sensitif terhadap cahaya. Simbol dasar
LDR memiliki persegi panjang yang di gunakan untuk menunjukan fungsi
resistansinya dan kemudian memiliki dua anak panah masuk yang di gunakan untuk
menunjukan sesitivitasnya terhadap cahaya.
2.7 Buzzer
Buzzer merupakan salah satu alat yang dapat membangkitkan suara apabila diberi tegangan, sama halnya dengan speaker, tetapi buzzer ini hanya dapat mengeluarkan suara yang kecil dan melengking saja, sedangkan speaker bisa mengeluarkan suara dari kecil sampai suara yang besar.
Buzzer merupakan salah satu alat yang dapat membangkitkan suara apabila diberi tegangan, sama halnya dengan speaker, tetapi buzzer ini hanya dapat mengeluarkan suara yang kecil dan melengking saja, sedangkan speaker bisa mengeluarkan suara dari kecil sampai suara yang besar.
BAB III
ANALISA RANGKAIAN
Analisa rangkaian dijabarkan dalam 2
bentuk, yaitu :
1. Analisa rangkaian secara detail
2. Analisa rangkaian secara blok diagram
2. Analisa rangkaian secara blok diagram
3.1 Ananlisa
rangkain secara detail
Penjelasan mengenai alat atau komponen yang digunakan
pada rangkaian Alarm Cahaya. Pada rangkaian Alarm Cahaya menggunakan
komponen-komponen seperti R1 atau potensiometer. Potensiometer ini digunakan
pada rangkaian untuk mengatur besar kecilnya suara yang diinginkan pada saat
alat di uji coba. Selanjutnya menggunakan resistor sebanyak 4. Masing-masing
resistor ini beda jenisnya, mulai dari R2 sebesar 1 KΩ, R3 sama dengan R6 yaitu
sebesar 1 KΩ, serta R4 sama dengan R5 yaitu sebesar 10 KΩ. Kemudian menggunakan
transistor sebanyak 4. Penjelasannya Q1,Q3,Q4 menggunakan transistor NPN
(Negatif Positif Negatif). Sedangkan Q2 menggunakan transistor PNP (Positif
Negatif Positif). Lalu menggunakan 2 kapasitor sebesar 100µF, menggunakan
diode, buzzer yang digunakan untuk menghasilkan suara, menggunakan relay, dan
yang terpenting menggunakan LDR (Light Dependent Resistor).
Pada rangkain Alarm Cahaya ini secara singkatnya, alat
akan bekerja apabila diberi sumber tegangan sebesar 12 volt. Dan cara kerjanya
adalah dengan menggunakan LDR. Apabila LDR menerima banyak cahaya atau terang
maka bisa dikatakan rangkaian akan mati. Namun sebaliknya, apabila LDR menerima
sedikit cahaya atau gelap, maka rangkaian akan membuat suara atau menyala.
Penjelasan secara detailnya adalah dengan menggunakan
adaptor atau battery yang memiliki tegangan 12 volt yang digunakan untuk
memberi tegangan yang dibutuhkan oleh rangkaian Alarm Cahaya untuk bekerja.
Lalu sebelum melakukan uji coba, pastikan jalur dan komponen yang sudah di
pasang di PCB sudah benar. Dan yang terpenting adalah pastikan letak penempatan
komponen transistor sudah benar antara transistor PNP dan NPN, dan jangan
sampai salah dalam menentukan yang mana basis, kolektor, dan juga emitor.
Karena menurut kami transistor merupakan alat yang paling sensitive atau cepat
panas, sehingga menyebabkan transistor harus sering diganti.
Jika sudah yakin semuanya sudah benar, maka dipastikan
alat akan bekerja dengan mengeluarkan suara bila cahaya atau sinar yang masuk
semakin banyak, maka nilai resistansinya kecil atau alat akan mati otomatis.
Sedangkan sebaliknya, jika nilai cahaya yang masuk semakin kecil, maka nilai
resistansinya besar alat akan akan menyala atau alat akan mengeluarkan suara.
3.2 Analisa
Rangkaian Secara Blok Diagram
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|
||||||||||||
Berikut merupakan penjelasan dari rangkaian secara blog
diagram :
1. Aktivator
Aktivator disini adalah tegangan/VCC.
Tegangan /VCC ini bisa berupa baterai, power supply atau adaptor. Pada
rangkaian ini tegangan yang dibutuhkan adalah 12 Volt. Apabila tegangan kurang
dari 12 volt maka alat tidak akan bekerja sesuai apa yang kita harapakan.
Kerena tegangan tersebut tidak akan dapat mengangkat beban tegangan alat ini.
Sehingga tegangan merupakan suatu aktivator untuk mengaktifkan rangkaian / alat
ini bekerja dan menghasilkan output serta Ground yaitu sebagai mengoff kan
rangkaian dan mengatur untuk membuat On dan Off alat tersebut.
2. Input
LDR
Inputannya yaitu LDR. LDR (Light Dark Resistor) merupakan komponen paling penting dalam alat
ini. Karena pada LDR terdapat sensor
yang peka terhadap cahaya yang
diterimanya. Dengan adanya LDR, banyak sedikitnya cahaya yang masuk akan
ditangkap dan diproses sehingga
menghasilkan output yang berbeda. Cahaya
merupakan salah satu yang mempengaruhi output sistem kerja alat ini. Banyaknya
cahaya yang masuk mempengaruhi proses tegangan yang mengalir pada
rangkaian. Sehingga bazzer akan bergantian menyala
apabila tegangan tersebut mengalir melewatinya.
3. Proses
Saklar/Relay
Saklar elektronik ini digunakan untuk menjaga
tegangan listrik agar dapat mengalir pada komponen-komponen yang sesuai. Saklar
akan menutup apabila terdapat aliran tegangan yang melewatinya. Namun, saklar
akan membuka apabila tidak terdapat aliran tegangan yang melewatinya.
4. Output
Output yang dihasilkan akan terlihat melalui bazzer yang ada pada rangkaian. Bazzer akan berbunyi sesuai input yang masuk pada rangkaian. Bila
input cahaya, bazzer akan mati/tidak berbunyi dipengaruhi oleh banyak sedikitnya cahaya.
Dan bila input tegangan, bazzer akan menyala atau tidak dipengerahui besar kecilnya
tegangan. Apabila tegangan sesuai yang diinginkan, maka bazzer akan berbunyi.
BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT
4.1 Cara Pengoperasian Alat
Rangkaian ini menggunakan sumber tegangan sebesar +12 volt dan Ground. Dengan
inputan yaitu cahaya yang ditangkap oleh sesnsor LDR. Melalui Proses yaitu Relay sehiingga menghasilkan output pada BUZZER. Berikut adalah cara kerja pengoperasian alat yaitu
:
1.
Hubungkan Rangkaian dengan Power supply, yaitu VCC
+12 Volt dan Ground yang berfungsi sebagai aktivator untuk mengaktifkan
rangkaian tersebut.
2.
Pada rangkaian ini menghasilkan 2 output yang
berbeda. Berikut merupakan proses untuk menghasilkan output tersebut, yaitu :
1.
(Saat LDR terkena cahaya) LDR akan memiliki nilai tahanan yang sangat kecil.
Semakin terang cahaya yang mengenainya semakin kecil nilai tahanan yang
dimilikinya (bahkan bisa diabaikan besarnya). Kondisi ini akan menyebakan arus
listrik akan memilih untuk mengalir melewati LDR ini dan tidak akan melewati
Resistor 1 Kilo ohm yang terhubung ke basis transistor, (ingat prinsip arus
listrik itu akan lebih suka mengalir ke tempat yang tidak punya tahanan dan
enggan untuk mengalir ke tempat yang tahanannya tinggi).
Kondisi
ini akan membuat Transistor tidak dapat bekerja (seperti saklar terbuka)
sehingga tidak ada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor transistor. Ini
artinya tidak ada arus yang mengalir pada relay yang terpasang pada kolektor
transistor.
Karena
relay tidak mendapatkan arus listrik, maka relay tidak bekerja sehingga tidak
dapat menarik saklar yang akan menghubungkan arus listrik ac (PLN) ke bazzer.
Keadaan ini akan membuat bazzer tidak berbunyi.
2 (Saat LDR tidak terkena cahaya) LDR akan
memiliki tahanan yang sangat besar sehingga tidak bisa di aliri arus listrik.
Kondisi ini akan menyebabkan arus listrik memilih R2 1 kilo ohm sebagai tempat
mengalir.
Ketika
arus listrik mengalir ke basis transistor maka transistor akan bekerja seperti
sebuah saklar tertutup. Akibatnya akan ada arus listrik mengalir dari kolektor
ke emitor yang menyebabkan relay teraliri arus listrik.
Ketika relay teraliri arus
listrik, maka relay akan bekerja menarik saklar sehingga saklar tertutup dan
dapat mengalirkan arus ac (PLN) ke bazzer dan bazzer akan berbunyi.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan yang sudah dijelaskan yaitu bahwa dalam
rangkaian Alarm Cahaya akan bekerja bila cahaya atau sinar yang masuk memiliki
nilai resistansi kecil atau terang maka Buzzer tidak menyala, sedangkan
sebaliknya jika cahaya yang masuk memiliki nilai resstansinya besar atau gelap
maka buzzer akan mengeluarkan suara.
5.2
Saran
Beberapa saran yang dapat kami
sampaikan
yaitu :
1.
Sebaiknya pada saat mensolder suatu komponen solder jangan
langsung menempel ke komponen secara bersamaan agar komponen tidak cepat rusak.
2.
Sebelum melakukan bor pada PCB, pastikan letak
penempatan komponen sudah benar, seperti menaruh Relay. Kaki-kaki relay harus
tepat agar tidak salah pada saat melakukan bor di PCB nya.
3.
Perhatikan dalam menyusun rangkaian pada alat sehingga
tidak ada yang terbalik dalam penyusunan kaki–kaki pada rangkaian, seperti kaki
transistor dan diode nya.
4.
Yang terakhir pada saat melakuan tes atau uji coba,
pastikan tidak terlalu lama, karena dapat menyebabkan komponen cepat panas,
terutama transistor. Karena menurut kami transistor sensitif atau cepat panas,
sehingga menyebabkan transistor harus diganti.
DAFTAR PUSTAKA
http://teknikelektronika.com/pengertian-relay-fungsi-relay/
http://teknikelektronika.com/fungsi-dioda-cara-mengukur-dioda/
http://skemaku.com/kode-warna-resistor-dan-cara-membacanya/
LAMPIRAN
- Skema Rangkaian
- Lay Out / Hasil Rangkaian
- Tabel Pengamatan Data
TRANSISTOR NPN KE 1
|
|||
Keadaan Hidup
|
Keadaan Mati
|
||
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
C
|
1
|
C
|
0
|
B
|
0
|
B
|
-12
|
E
|
0.1
|
E
|
-12
|
TRANSISTOR NPN KE 2
|
|||
Keadaan Hidup
|
Keadaan Mati
|
||
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
C
|
5
|
C
|
-14
|
B
|
5
|
B
|
-12
|
E
|
0
|
E
|
-12
|
TRANSISTOR NPN KE 3
|
|||
Keadaan Hidup
|
Keadaan Mati
|
||
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
C
|
0
|
C
|
-12
|
B
|
0
|
B
|
-14
|
E
|
0
|
E
|
0
|
TRANSISTOR PNP
|
|||
Keadaan Hidup
|
Keadaan Mati
|
||
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
Kaki
|
Tegangan (Volt)
|
C
|
1
|
C
|
0
|
B
|
0
|
B
|
0
|
E
|
0
|
E
|
-12
|
Komentar
Posting Komentar